DeParenting.com
  • Login
  • News
  • Artikel
  • Tips
  • Gaya Hidup
  • Homeschooling
  • Ruang Keluarga
No Result
View All Result
  • News
  • Artikel
  • Tips
  • Gaya Hidup
  • Homeschooling
  • Ruang Keluarga
No Result
View All Result
DeParenting.com
No Result
View All Result
Home Article

7 Mitos Salah Soal Vaksin dan Penjelasan Ilmiahnya

Sebelum percaya omongan orang soal salah kaprah vaksin, ada baiknya cek kebenarannya lebih dulu. Karena begitu banyak mitos vaksin yang justru merugikan.

Deparenting by Deparenting
14 Oktober 2020
in Article
20 0
0
Foto: Iuliia Bondarenko from Pixabay.

Foto: Iuliia Bondarenko from Pixabay.

13
SHARES
170
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

DeParenting.com – Banyak sekali mitor-mitos salah soal vaksin yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Hal inilah yang menjadi hambatan program vaksinasi, bahkan sejak dulu. Keraguan melakukan vaksinasi karena mitos-mitos vaksin inilah dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  sebagai satu dari sepuluh ancaman kesehatan global.

Lalu apa sajakah mitos-mitos salah soal vaksin yang beredar di masyaraat Indonesia itu?

RekomendasiBaca

WOW! Ini Jumlah Pemuda di Jateng, Terus Nambah Tiap Tahun

Jalan Kaki Rembang-Semarang 5 Hari, Lapor Pencemaran Lingkungan ke Ganjar Pranowo

31.255 Tenaga Kesehatan Disuntik Vaksin Sinovac di Tahap Pertama

Dokter spesialis anak dari Yayasan Orangtua Peduli, Windhi Kresnawati menyebutkan dan bagaimana mitos itu terjadi. Ia berharap, masyarakat lebih cerdas dalam memahami vaksin dan fungsinya dan meluruskan mitos-mitos vaksin yang salah.

1. Mitos Penyakit infeksi bisa dihindari dengan gaya hidup sehat saja

Windhi tak menampik pola hidup sehat adalah kebiasaan baik. Namun ia mengingatkan, cara ini belum cukup ampuh untuk mencegah infeksi penyakit tertentu. Fakta soal anggapan ini bisa kita lihat di Amerika Serikat. Saat ditemukan vaksin campak di AS pada 1963, penyakit ini berangsur-angsur hilang. Bahkan pada 1974, pemerintah AS menyatakan bahwa mereka bebas campak. Yang perlu digaris bawahi, pola dan gaya hidup warga AS sejak tahun 1963 hingga 1974 tidak ada perubahan. Artinya, peran terbesar atas hilangnya campak di AS adalah imunisasi atau vaksinasi. Bukan semata-mata gaya hidup yang sehat.

Kondisi ini mulai berubah saat di AS mulai muncul sekte atau kelompok masyarakat yang meragukan vaksin MMR (campak, beguk, rubella). Lalu diikuti dengan semakin banyak orang ragu terhadap peran vaksin campak. “Akibatnya, tahun 2018 Amerika Serikat kembali mengalami wabah campak. Ini disebabkan banyak pendatang dari negara lain yang tidak vaksin dan refuse vaksinasi tinggi,” ujar Windhi.

2. Mitos anak yang diimunisasi tetap saja sakit

Windhi menjelaskan bahwa bila pun mengalami sakit, tingkat keparahan yang dialami pasien imunisasi sangat ringan. Anak-anak yang diimunisasi, bila sakit, akan terhindar dari kecacatan dan kematian.

“Dan jangan lupa, kalau Anda tidak diimunisasi dan Anda tidak sakit, berterimakasihlah kepada orang yang diimunisasi. Karena itulah herd immunity. Ketika kita berada di tengah orang-orang yang sehat, kita tidak terjangkit penyakit,” ujar Windhi.

3. Mitos vaksin ada kandungan zat berbahaya

Windhi menegaskan bahwa hal ini keliru. Vaksin yang sudah diproduksi massal harus memenuhi syarat utama: aman, efektif, stabil, dan efisien dari segi biaya. Artinya panjang prosesnya.

“Setelah dinyatakan aman, dipakai oleh masyarakat luas di bawah monitoring. Kalau negara kita di bawah BPOM.  Karena satu saja ada temuan efek samping yang tidak diinginkan itu bisa ditarik dan biasanya itu ketahuan di fase awal,” ujar Windhi.

4. Mitos vaksin sebabkan autisme

Windhi memastikan bahwa tidak ada kaitannya antara kandungan vaksin terhadap autisme pada anak. Hal ini sudah terbukti pada penelitian mendalam dan panjang, bahkan hingga lebih dari 10 tahun. Thimerosal merupakan salah satu kandungan vaksin yang sempat dituduh memicu autisme pada anak. Thimerosal ini berfungsi sebagai pengawet vaksin.

Amerika Serikat pernah menghapuskan kandungan thimerosal pada tahun 1999 karena takut bahwa kandungannya bisa memicu autisme. Tapi faktanya, setelah thimerosal dihapuskan, angka autisme di Amerika Serikat tidak turun. “Angka autis malah naik. Artinya tidak ada hubungan antara autis dengan thimerosal,” kata Windhi.

Baca juga:  Mengenal Narkolepsi, Si Penyebab Kantukan

Peneliti juga melihat kadar thimerosal pada tubuh anak autis dan anak non autis. Hasilnya, tidak ada perbedaan di antara keduanya. Hal ini semakin menguatkan bahwa thimerosal tidak menyebabkan autisme, melainkan genetika. “Jadi jangan termakan hoaks dengan thimerosal penyebab autisme. Banyak sekali penelitiannya dan mudah sekali mencarinya di internet” kata Windhi.

5. Mitos vaksin mengandung sel janin aborsi

Windhi pun membantah hal ini. Ia menjelaskan, virus memang perlu inang berupa sel hidup untuk bisa bertahan dan berkembang biak. Misalnya, virus campak, rubella, polio, bahkan SARS Cov-2 memerlukan inang berupa sel hidup.

Dalam pembuatan vaksin, virus memang akan menginfeksi sel hidup itu dan diproduksi berulang-ulang selama bertahun-tahun dengan meninggalkan sel awal. Sedangkan yang diambil sebagai komponen vaksin adalah bagian dari virus atau virusnya tersendiri.

“Jadi, kalau ada yang bilang ada sel janin yang digunakan, itu terjadi pada tahun 1960-an, di mana digunakan secara legal untuk membuat vaksin dan itu sekali saja proses yang terjadi. Lantas apakah dalam vaksin ada sel janin? Jawabannya, hanya ada hasil produknya, yakni berupa virusnya saja,” kata Windhi.

6. Mitos penyakit yang sudah ada vaksinnya, tak perlu vaksinasi lagi

Ini pun jelas hoaks. Banyak riset menunjukkan bahwa penurunan angka vaksinasi memicu kenaikan penyakit spesifik yang dilawan vaksin tersebut. Hal ini sempat terjadi di Indonesia pada medio akhir 2017 lalu. Awalnya wabah difteri terjadi di Jawa dan merambah ke Sumatra. Pemerintah pun memutuskan untuk melakukan imunisasi nasional dan menggratiskan imunisasi difteri hingga usia 19 tahun.

“Di AS juga terjadi, tahun 2018 angka imunisasi turun dan muncul lagi. Polio sempat muncul kembali di Papua, padahal kita pernah dapat bendera bebas polio dari WHO. Campak rubella masih mengancam karena banyak hoaks tadi. Jadi hati-hati, kalau angka mulai turun dan kita hadapi wabah ini sangat menderita,” jelas Windhi.

7. Isu halal-haram vaksin

Windhi menyampaikan bahwa isu ini hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di Timur Tengah dengan negara berpenduduk mayoritas Muslim, pro kontra terhadap kehalalan vaksin tidak terjadi. Semua masyarakat dunia pun sepakat pentingnya vaksin.

“Dan peserta haji wajib divaksin. Makanya saya bilang lucu, kenapa di kita doang. Jadi pemicunya ada Trypsin yang dipinjam dari enzim babi untuk hasilkan panen yang baik. Supaya dapat komponen vaksin,” kata Windhi.

Ia mengatakan, masyarakat perlu memahami bahwa tidak ada bagian babi yang masuk dalam vaksin. enzim ini akan dimurnikan kembali sehingga komponen perantara tidak ikut masuk pada vaksin. Ketika dalam proses pembuatannya bersinggungan dengan enzim dari babi, pada produksi akhirnya hanya virus yang masuk dalam vaksin.

“Seandainya tetap tidak mau. Karena bersinggungan, kita merujuk negara lain yang maju yang mayoritas Muslim dan MUI yang sudah sampaikan halal. Untuk kebaikan dan dalam keadaan mencegah penyakit yang lebih berat dan berbahaya, vaksin halal,” katanya.

Itu tadi beberapa contoh mitos tentang vaksin yang masih beredar di tengah masyarakat. Vaksinasi merupakan salah satu cara ampuh memutus mata rantai penularan penyakit, termasuk nantinya adalah Covid 19.

Tags: Covid 19mitos vaksintipsvaksin
Previous Post

Duh…. Usia Dewasa Jadi Pelanggar Protokol Kesehatan Terbanyak di Jateng

Next Post

Wisata Karimunjawa Dibuka 16 Oktober, Ini Link Registrasi Onlinenya

Deparenting

Deparenting

Related Posts

Ilustrasi anak kucing sedang tidur. (DeParenting/Pixabay)
Ruang Keluarga

Cara Menidurkan Anak Kucing yang Terlalu Aktif, Cek Videonya!

31 Maret 2021
Ilustrasi langkah praktis bayar PBB lewat aplikasi Bimaqris. Foto: klatenkab.go.id
Ruang Keluarga

Males Ribet, Ini 8 Langkah Praktis Bayar PBB Lewat Aplikasi

25 Maret 2021
Pertunjukan seni rakyat sosialisasi vaksinasi. (DeParenting/Pemkot Salatiga)
News

Cara Unik Ajak Masyarakat Tak Takut Disuntik Vaksin

2 Maret 2021
Ilustrasi pasar tradisional. (DeParenting/jatengprov.go.id)
News

Vaksin Pedagang Pasar Klewer Solo, Cek Jadwal Dari Dinkes Jateng Ini!

22 Februari 2021
Proses vaksinasi untuk tenaga kesehatan di RSUD Dr Moewardi, Solo, Selasa 19 Januari 2021. (DeParenting/Dok. Humas Prov Jateng)
News

Vaksinasi Gelombang II Dimulai, Jateng Target Jumlah Minimal

22 Februari 2021
Vaksin gelombang kedua tiba di Jateng. Foto: Dok. Dinkes Jateng.
News

Penampakan 1 Juta Dosis Vaksin Gelombang II di Gudang Dinkes Jateng

21 Februari 2021
Next Post
Wisata Karimunjawa. (DeParenting/Twitter Disporapar Jateng).

Wisata Karimunjawa Dibuka 16 Oktober, Ini Link Registrasi Onlinenya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top Stories

Workshop dalam rangka lomba foto PDI Perjuangan Jateng. (DeParenting)

Mau Ikut Lomba Foto PDI Perjuangan Jateng? Peserta Diberikan Tips dan Trik Motret

10 April 2021
PTM di sekolah dinilai tak efektif dan pembelajaran dilakukan dengan konsep baru. (DeParenting/Istimewa)

PTM Saja Tak Cukup, Konsep Pembelajaran Saat Pandemi Mesti Diubah

10 April 2021
Ilustrasi upacara bendera. (DeParenting/Pixabay)

WOW! Seleksi Paskibraka Jateng Jadi Percontohan Nasional

10 April 2021

News & More

Kategori

  • Review Sekolah
  • Artikel
  • Tips
  • Lifestyle
  • Homeschooling
  • Hubungi Kami

About Us

Deparenting.com hadir dan ingin berbagi mengenai tips mendidik anak, mengasuh, membesarkan dan membentuk karakter anak. Lantaran sikap anak-anak yang seringkali bandel dan butuh cara menasehati agar nurut. Tak hanya itu, parenting bersifat menyeluruh hingga membentuk pribadi yang arif dan bijak dalam menyikapi persoalan.

Connect on Social

© 2020 DeParenting

No Result
View All Result
  • News
  • Artikel
  • Tips
  • Gaya Hidup
  • Homeschooling
  • Ruang Keluarga

© 2020 DeParenting - Berbagi cerita parenting dan home schooling.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist