DeParenting.com – Di Indonesia, istilah homeschooling sudah populer. Namun sayang ada pemahaman yang kurang tepat. Contoh, ada lembaga pendidikan nonformal atau kursus yang diberi nama homeschooling. Sehingga ada keluarga yang mendaftarkan anaknya di lembaga tersebut dan menyebutnya anak homeschooler.
Singkatnya, homeschooling adalah pendidikan anak berbasis keluarga dan bukan lembaga.
Kembali ke pertanyaan di atas, apakah sekolah yang sedang lockdown kemudian siswanya menjadi homeschooler? Jawabannya tidak. Secara teknis, mungkin itu hampir sama. Tapi jika dilihat dari tujuan dan esensinya, jauh berbeda.
Baiklah, ada baiknya kita flashback tentang kemunculan homeschooling. Saat itu pada abad ke-15, muncul reformasi protestan. Ada sekolompok masyarakat yang melakukan kritik terhadap sakralisasi sekolah. Saat itu sekolah seakan menjadi kewajiban. Tapi orang tua lupa, apa tujuan sekolah sebenarnya. Tujuan mulanya adalah anak menjalani proses belajar.
Koordinator Nasional Perkumpulan Homeschooler Indonesia, Ellen Nugroho mengatakan saat itu orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah seakan sebagai sebuah norma. Tanpa melakukan evaluasi proses kegiatan belajar sebagaimana yang dicita-citakan oleh keluarga. Bahasa kerennya adalah sesuai visi misi keluarga tersebut. Kemudian muncul paradigma sekolah adalah satu-satunya tempat belajar.
Singkatnya, dulu sekolah adalah tempat belajar, namun sekarang sekolah satu-satunya tempat belajar.
Maka tak jarang, jika anak sudah usia sekolah namun kok belum sekolah maka kakek-neneknya pun ikutan tanya kesana-kemari untuk mencarikan sekolah.

Bedanya lagi, homeschooler dalam melakukan proses pembelajaran tidak harus mengikuti kurikulum pendidikan sebagaimana di sekolah. Mereka bebas menentukan apa yang ingin dipelajari.
Catatan: Bagi orang tua yang kini menemani anak-anaknya belajar di rumah karena sekolahnya lockdown jangan membayangkan anak akan duduk manis saat belajar. Anak juga akan sulit untuk mengerjakan soal atau tugas sampai selesai.
Mengapa? Pertama, karena relasi anak dengan orang tua jelas berbeda dengan relasi anak dengan guru. Kedua, suasana psikologis antara rumah dan sekolah jelas berbeda.