DeParenting.com – Bubur Baby Cafe, tren baru untuk mencegah terjadinya stunting pada anak. Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.
Bubur Baby Cafe kali adalah inovasi yang di lakukan di Kabupaten Klaten. Baby Cafe, merupakan tempat menyediakan bubur dengan empat bintang (mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, dan ditambah sayuran) yang direkomendasikan untuk memberi asupan gizi ke anak di usia satu tahun ke bawah.
Bubur Baby Cafe menjadi satu di antara terobosan untuk mengurangi angka stunting, utamanya di Kabupaten Klaten.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Klaten Sri Harjanti menjelaskan bubur Baby Cafe tersebut dibuat disesuaikan dengan tingkat usia bayi. Seperti halnya bubur untuk bayi berusia enam sampai tujuh bulan akan beda tingkat kekasarannya dengan bubur yang dikonsumsi untuk bayi usia delapan sampai sembilan bulan. Begitu juga tekstur bubur untuk bayi berusia 11 bulan yang semakin kasar.
Ditambabkan, bahan bubur yang tersedia di Baby Cafe terdiri dari beras, protein hewani, nabati, sampai dengan campuran umbi-umbian. Sehingga dengan adanya bubur Baby Cafe, lanjut Harjanti, maka ibu-ibu yang malas, repot, dan tidak sempat membuatkan bubur untuk bayinya, tetap bisa memberikan bubur bergizi untuk bayi.
“Ibu-ibu biasanya beli bubur biasa yang putih, tidak ada gizinya, tidak ada karbohidratnya, dan diberi perasa. Padahal anak bayi kan pengenalan rasanya bertahap,” tuturnya.
Bubur itu sejauh ini baru dikembangkan di Desa Pandes, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Sehingga bubur sebatas baru bisa dibeli warga setempat atau kecamatan terdekat, seperti Gantiwarno dan Klaten Selatan. Bubur tersebut dijual dan dikelola oleh PKK Pandes. Selain menjual bubur, petugas PKK juga memberikan edukasi kepada pembeli kaitannya dengan pentingnya makanan bergizi untuk bayi.
“Saat sebelum pandemi diberi edukasi langsung. Karena pandemi, maka saat ada keluhan bisa tanya di grup percakapan (WhatsApp) atau tanya bidan desa,” sambung Harjanti.
Tidak hanya itu, lanjutnya, PKK Klaten juga mengadakan cooking class kepada ibu. Sehingga mereka tetap bisa mengolah makanan bayinya sendiri jika memang tidak ingin membeli bubur di Baby Cafe. Harjanti menuturkan, kehadiran bubur di Baby Cafe telah membuat gizi anak-anak setempat membaik. Sehingga hal itu turut mengurangi angka stunting di Klaten.
Diakuinya, meski Klaten merupakan lumbung pangan, namun masih ditemukan kasus stunting. Karena itu penanganannya butuh keterlibatan pihak terkait. Sosialisasi pencegahan stunting misalnya, bisa dilakukan sejak remaja dengan konselornya dari Duta Genre, sampai di kelas ibu hamil juga. Serta materi sosialisasinya juga hendaknya menarik.
“Dengan contoh-contoh yang memanfaatkan teknologi informasi. Tidak kesannya menggurui,” jelas Harjanti.
Ketua TP PKK Jateng Atikoh Ganjar Pranowo menyarankan agar dalam pemberian bubur kepada bayi tetap memerhatikan bahan dn penyajian biar higienis.
“Kalau bisa makanannya dikonsumsi saat baru matang. Jangan didamu (ditiup) karena dropletnya bisa tercampur di makanan,” kata Atikoh.
Dia mengapresiasi langkah PKK Klaten yang tetap berupaya keras menangani stunting. Sehingga harapannya, pertumbuhan bayi bisa sehat dan terbebas stunting.