DeParenting.com – Pernyataan Deddy Corbuzier sempat menuai kontroversi. Deddy menyebut sekolah tak penting. Bagi siswa yang mau keluar sekolah pun dipersilakannya. Bagaimana bisa ia berpikiran seperti itu?
Deddy Corbuzier memberikan alasan, jika sekolah hanyalah tempat belajar hal-hal yang berupa teori dasar. Selebihnya, siswa mesti kreatif. Jadi, selama sekolah hanya mengajarkan hal-hal yang bisa dipelajari di luar maka selama itu sekolah tidaklah penting.
Namun, ia menggarisbawahi jika siswa mau berhenti sekolah maka jangan melupakan tanggungjawab pada dirinya sendiri. Apa itu? belajar.
“Berhenti sekolah oke. Tapi jangan pernah berhenti belajar. Yang berhenti belajar hanya orang bodoh,” ujarnya dalam podcast Youtubenya.
Deddy tak habis pikir, bagaimana bisa siswa yang berkeinginan untuk sukses diajari oleh guru yang dirinya sendiri tak sukses. Dalam hal ini ia menitikberatkan dalam hal finansial.
“Kalau gurunya saja gajinya Rp 3 juta, berarti jika nanti pintar (siswa) gajinya juga segitu. Memang ada guru yang benar-benar berjiwa mengajar. Tapi kan tak semua guru seperti itu,” katanya.
Lalu apa yang mesti dilakukan jika memang siswa enggan untuk menempuh pendidikan di sekolah lagi? Ketahui apa passion dan tujuan hidup. Itu harus. Setelahnya, luangkan waktu untuk belajar dan menekuni apa passionmu. Ia menilai hal itu akan lebih mendekatkan pada kesuksesan.
Ia memberikan contoh. Ia berani diadu dengan lulusan komputer atau editing dalam mengedit video. Padahal ia tak pernah sekolah editing. Ia juga menantang lulusan Jurusan Tata Boga untuk adu masak. Ia yakin menang meski tak pernah sekolah memasak. Tapi ia percaya diri karena lebh banyak belajar praktik mengedit video dan memasak.
Deddy rutin membaca buku bahkan minimal 50 buku tiap tahunnya. Buku apa saja, memasak, desain, bangun rumah dan lainnya.
Bagaimana dengan Azkanio Nikola Corbuzier? Azka adalah anak Deddy. Saat ini Azka memang sekolah namun di sekolah internasional. Hampir semua pelajaran bersifat praktik dan sedikit teori.
Pun jika ada pekerjaan rumah (PR) atau belajar di rumah, Deddy hanya membatasi waktu maksimal 2 jam. Lebih dari itu, berhenti. Meski PR atau belajarnya belum selesai.
Ia tak khawtair jika anaknya tinggal kelas atau dapat nilai merah. Karena Deddy sendiri menuturkan jika ia pernah tinggal kelas. Bahkan dua kali.
“Saya marah jika anak saya stres saat belajar. Tapi kalau nilai merah atau tinggal kelas, saya tak marah,” katanya.
Pada intinya Deddy hanya menyampaikan satu hal. ketahui apa passionmu dan luangkan waktu untuk mengejarnya. Karena belajar bisa di manapun dan kapanpun.