Deparenting.com – Demam Berdarah Dengue (DBD) muncul saat pancaroba, peralihan musim dari kemarau ke penghujan. Air menjadi media utama perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue. Bahkan genangan air hujan di pangkal daun pisang pun bisa menjadi tempat bertelor si nyamuk.
Meski DBD merupakan penyakit yang berulang tiap tahunnya, namun tetap saja angka kasusnya tinggi. Mencapai ribuan tiap tahunnya. Celakanya angka kematiannya juga cukup tinggi. Hal itu bisa dilihat dari pola hingga naik turunnya jumlah dan persebaran kasus DBD di Jawa Tengah.
Angka kesakitan (incidence rate/ IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jateng dari tahun 2008-2018 mengalami fluktuasi. Angka kematian (case fatality rate/ CFR) tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada 2015 yang tercatat 2,91%. Sementara, pada 2015 sampai 2018, IR maupun angka CFR mengalami penurunan.

Pada tahun 2018 ada 8,68 kasus demam berdarah per 100 ribu jiwa penduduk. Sementara pada 2017, jumlahnya mencapai 22 kasus per 100 ribu jiwa penduduk.
Sempat menurun pada tahun lalu, pada tahun ini jumlah kasus DBD di Jawa Tengah tinggi. hingga akhir Maret 2020 sudah ada 2.115 kasus di provinsi ini, 40 orang di antaranya meninggal dunia. Dari jumlah kasus tersebut, tak jarang anak-anak bahkan yang maish usia balita terkena DBD. Nah inilah yang mesti diwaspadasi. Anak-anak juga sering bermain di kebun atau tempat-tempat yang kemungkinan besar menjadi sarang nyamuk.

Melihat angka yang demikian besar, sebenarnya wajar-meski tak pas juga jika disebut demikian. Jateng dan Indonesia pada umumnya adalah wilayah tropis yang rentan terhadap penyakit ini.
“Semua daerah di Jateng endemik DBD. Untuk itu kami ingatkan warga untuk menjaga kebersihan lingkungan, dengan memastikan tidak ada tampungan air yang digunakan sebagai tempat berkembang biak jentik nyamuk,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo.
Per Maret 2020, ada sembilan wilayah di Jateng dengan kasus DBD tinggi. Peringkat pertama adalah Kabupaten Cilacap dengan 216 penderita dan korban meninggal tiga orang, Kota Semarang ada 154 penderita, dua diantaranya meninggal dunia.

Selanjutnya, Kabupaten Jepara yang tercatat 136 penderita, dengan satu orang meninggal. Urutan keempat adalah Kabupaten Banyumas dengan 132 kasus tiga meninggal dunia, Kabupaten Klaten menyusul dengan 131 penderita meninggal tiga orang. Disusul Kabupaten Kebumen dengan 124 kasus empat orang meninggal dunia, kemudian Kabupaten Purbalingga dengan 99 penderita dua orang meninggal, Kabupaten Brebes ada 87 kasus DBD dua meninggal. Terakhir, Kabupaten Banjarnegara dengan 62 kasus tiga meninggal dunia.
Data dari dinas menyebutkan semua wilayah di Jateng ada kasus DBD. Maka semua lingkungan, kantor, desa, kota, rumah, sekolah dan seluruhnya mesti ditunjuk pemantau jentik nyamuk. Ini untuk meniadakan bibit nyamuk dan menghindari demam berdarah.