DeParenting.com – Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) selalu saja ada tiap tahunnya. Tak peduli di pedesaan atau perkotaan, selalu ada. Melihat kondisi itu, kesadaran masyarakat terhadap bahayanya demam berdarah mungkin menjadi hal yang krusial.
Seberapa mengerikannya penyakit demam berdarah ini, bisa dilihat dari catatan data kasus, persebaran dan tingkat kematiannya. Dinas Kesehatan Jawa Tengah mendata jumlah kasus mencapai ribuan pada tiap tahunnya. Lebih mengerikan lagi, 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah disebut menjadi endemik demam berdarah dengue.
Sempat menurun pada tahun lalu, pada tahun ini jumlah kasus DBD di Jawa Tengah tinggi. Hingga hampir pertengahan tahun 2020, jumlah kasus sudah lebih dari 2.000. Bahkan 40 orang di antaranya meninggal dunia. Dari jumlah kasus tersebut, tak jarang anak-anak bahkan yang masih usia balita terkena DBD. Nah inilah yang mesti diwaspadasi. Anak-anak juga sering bermain di kebun atau tempat-tempat yang kemungkinan besar menjadi sarang nyamuk.
Dinas mencatat angka kesakitan (incidence rate/ IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jateng dari tahun 2008-2018 mengalami fluktuasi. Angka kematian (case fatality rate/ CFR) tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada 2015 yang tercatat 2,91%. Sementara, pada 2015 sampai 2018, IR maupun angka CFR mengalami penurunan. Pada tahun 2018 ada 8,68 kasus demam berdarah per 100 ribu jiwa penduduk. Sementara pada 2017, jumlahnya mencapai 22 kasus per 100 ribu jiwa penduduk.
Pada tahun ini, tercatat sudah ada sembilan wilayah di Jateng dengan kasus DBD tinggi. Peringkat pertama adalah Kabupaten Cilacap dengan 216 penderita dan korban meninggal tiga orang, Kota Semarang ada 154 penderita, dua diantaranya meninggal dunia.
Selanjutnya, Kabupaten Jepara yang tercatat 136 penderita, dengan satu orang meninggal. Urutan keempat adalah Kabupaten Banyumas dengan 132 kasus tiga meninggal dunia, Kabupaten Klaten menyusul dengan 131 penderita meninggal tiga orang. Disusul Kabupaten Kebumen dengan 124 kasus empat orang meninggal dunia, kemudian Kabupaten Purbalingga dengan 99 penderita dua orang meninggal, Kabupaten Brebes ada 87 kasus DBD dua meninggal. Terakhir, Kabupaten Banjarnegara dengan 62 kasus tiga meninggal dunia.
Jika tak waspada dan terus meningkatkan kesadaran masyarakat, bisa jadi daerah lain akan segera menyusul sembilan daerah tersebut. Bahkan Solo yang berstatus perkotaan juga bisa saja menyusul. Hal itu bisa dilihat dari data jumlah penderita demam berdarah yang lebih dari 68 kasus.

Di tengah tingginya jumlah kasus demam berdarah, salah satu pengusaha muda Diah Warih Anjari terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat. Turun ke selokan, mengecek tampungan air dan lokasi lain yang berpotensi jadi sarang nyamuk. Tak hanya stau lokasi, tapi di sejumlah kelurahan. Ia melakukan gerakan penyadaran terhadap bahayanya nyamuk aedes aegypti yang bisa menyebarkan demam berdarah dengue.
Cara yang ia lakukan sederhana. Datang ke rumah-rumah warga, melakukan fogging dengan alat semprot portabel, berbicara dengan warga dari hati ke hati. Fogging merupakan langkah jangka pendek untuk mencegah demam berdarah. Sementara bicara dari hati ke hati bersama warga merupakan sosialisasi. Langkahi ni adalah langkah pencegahan untuk jangka panjangnya.
Hal itu dinilainya sangat efektif. Dengan demikian, warga akan semakin paham soal pola hidup bersih. Tanggap di mana saja tempat berkembangbiak nyamuk dan bagaimana mengantisipasinya.
Ditekankannya, perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti bukan di tempat-tempat yang kotor. Namun juga terjadi di tempat-tempat penampungan air yang bersih. Di bak mandi, kaleng atau mainan yang menampung air hujan, maupun dahan-dahan pohon yang terdapat sisa-sisa air hujan.
Diah Warih mengingatkan warga untuk menjaga kebersihan lingkungan. Caranya, dengan memastikan tidak ada tampungan air yang digunakan sebagai tempat berkembang biak jentik nyamuk.
Terlepas dari statusnya sebagai Bakal Calon Wakil Wali Kota Solo, apa yang dilakukan Diah Warih Anjari ini begitu mengedukasi masyarakat. Apa yang dilakukannya, mesti diimitasi dan diduplikasi di wilayah lain. Ingat, Solo, Jateng dan Indonesia pada umumnya adalah wilayah tropis yang rentan terhadap penyakit demam berdarah dengue.