DeParenting.com
  • Login
  • News
  • Artikel
  • Tips
  • Gaya Hidup
  • Homeschooling
  • Ruang Keluarga
No Result
View All Result
  • News
  • Artikel
  • Tips
  • Gaya Hidup
  • Homeschooling
  • Ruang Keluarga
No Result
View All Result
DeParenting.com
No Result
View All Result
Home Homeschooling

Mitos-Mitos Homeschooling

Banyak anggapan salah kaprah soal homeschooling di masyarakat Indonesia. Sehingga muncul mitos-mitos homeschooling yang salah namun seakan dipercaya kebenarannya.

Hanung Soekendro by Hanung Soekendro
29 Mei 2020
in Homeschooling
17 0
0
pinterest

pinterest

62
SHARES
198
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

DeParenting.com – Minimnya sosialisasi, masih menjadikan pendidikan alternatif seperti homeschooling dipandang sebelah mata. Banyak yang menyangsikan dan banyak pula mitos-mitos seputar homeschooling yang beredar di masyarakat. Sehingga terjadi salah kaprah pemahaman pada pola pendidikan homeschooling.

Para orang tua yang memiliki anak dengan pola pendidikan homeschooling pasti pernah memperoleh pertanyaan yang hampir serupa. Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditujukan pada praktisi homeschooling.

RekomendasiBaca

Dear Guru…. Ternyata Siswa Hanya Konsentrasi di 20 Menit Pertama Pelajaran

Membuat Jadwal Bermain Homeschooler Usia 5-7 Tahun

Maria Montessori, Sejarah Metode Pendidikan Montessori

  1. Anak homeschooling kurang bisa bersosialisasi

Pertanyaan ini mungkin menjadi urutan pertama dan yang paling banyak diterima orang tua homeschooler (siswa homeschooling). Masyarakat beranggapan siswa homeschooling akan belajar di dalam rumah terus menerus. Hanya berinteraksi dengan orang tua dan kakak atau adiknya saja. Selebihnya, hanya sesekali saja berinteraksi dengan anak-anak sebaya atau orang lain.

Padahal, siswa homeschooling tak sedikt yang memiliki komunitas. Sehingga mereka sering belajar bersama dalam subjek pelajaran yang sama. Di luar itu pun, dalam pembelajarannya siswa homeschooling juga tak melulu di rumah. Banyak kegiatan di luar pula. Misal, saat belajar sejarah maka pergi ke museum, belajar bisnis bisa pergi ke cafe dan berbincang dengan pemiliknya. Maka kemampuan bersosialisasi pun tidak menjadi masalah. Banyak riset yang membuktikan bahwa siswa homeschooling dapat bersosialisasi baik.

Sehingga pertanyaan ini menjadi yang paling mudah dipatahkan.

  1. Homeschooling butuh biaya mahal

Biaya mahal menjadi mitos kedua yang masih dipercaya masyarakat. Mereka berpikir mahal karena semua buku, alat peraga pembelajaran harus beli sendiri. Belum lagi mendatangkan guru privat untuk tiap mata pelajarannya (walau sebenarnya ini bukan homeschooling, tapi memindahkan sekolah ke rumah). Wah…. kalau seperti itu butuh berapa puluh juta untuk kegiatan dalam sebulannya.

Jika anak-anak artis yang menjalani homeschooling mungkin biaya pendidikan mencapai puluhan juta dalam sebulan tak masalah. Tapi sebenaranya tak harus seperti itu. Semuanya tidak harus beli.

Banyak orang tua yang anak-anaknya homeschooling melakukan pembelajaran dengan komunitas. Misal, pada saat subjek mata pelajaran sama maka bisa saja mendatangkan guru privat untuk beberapa anak sekaligus. Atau, pinjam-meminjam alat peraga pendidikan dari keluarga lain. Misal buku, globe, alat musik, atau yang lainnya.

Jadi, semahal apa homeschooling? Jika dibandingkan sekolah negeri yang gratis, jelas lebih mahal lah. Tapi jika dibandingkan sekolah swasta dengan fasilitas OK, bisa jauh lebih murah.

Sebenarnya mahal atau murah, tergantung orang tuanya. Jika kreatif, maka sangat menekan biaya.

Sudah paham kan?

  1. Anak homeschooling tak punya teman

Setelah susah bersosialisasi, anggapan masyarakat pada homeschooler adalah tak punya teman. Melulu belajar di rumah menjadi anggapan mereka. Sehingga temannya hanya keluarganya saja di rumah. Padahal, saat belajar, homeschooler sering ke luar rumah. Baik dengan komunitas atau ke objek lokasi yang berkaitan dengan subjek pelajarannya.

Anak-anak homeschooling juga tak melulu belajar lho. Dia juga sering bermain dengan anak-anak seusianya di kompleks tempat tinggal.

So, soal teman tidak ada masalah.

  1. Orang tua tak punya ‘’Me Time’’

Kalau anakku homeschooling, terus kapan orang tuanya bisa santai? Banyak kekhawatiran seperti itu. Sebelum dijawab, maka harus diluruskan dulu pola pikir soal pendidikan homeschooling.

Orang tua yang pernah berpikir jika pendidikan anak homeschooling itu 8 jam sehari selama 5 atau 6 hari dalam seminggu, silakan dihapus lebih dulu. Sama sekali tak seperti itu.

Dalam pendidikan anak-anak homeschooling, memang ada pelajaran wajib yang mesti dikuasai. Tapi banyak subjek pelajaran yang bisa ditentukan sendiri. Yakni apa yang akan dipelajari atau dikerjakan.

Pendidikan yang wajib, misalnya untuk anak yang masih usia sekolah dasar adalah membaca, menulism, berhitung dan lainnya. Itu pun dilakukan dalam waktu yang singkat. Cukup belajar 15-30 menit per hari. Selebihnya permainan.

Bahkan, Koordinator Nasional Perkumpulan Homeschooler Indonesia, Ellen Nugroho, dalam mengajar ketiga anaknya hanya pagi sampai pukul 12.00. Selebihnya, anak-anak dipersilakan menentukan kegiatannya sendiri.

Jika anak-anak usianya sudah lebih dewasa maka orang tua berperan sebagai fasilitator saja. Apa keinginan anak, orang tua mengarahkan. Tapi memang terkadang orang tua harus mengantarkan anak tempat-tempat lain untuk mendukung pembelajarannya. Misalnya anak benar-benar fokus serta minat ke bidang peternakan, maka bisa jadi sepekan sekali ke peternakan. Atau bahkan anak bisa tinggal untuk sementara di peternakan tersebut.

Jadi, soal waktu ‘’me time’’, jangan khawatir ya. Mau nge-mall, ke salon, piknik akhir pekan juga tetap bisa.

  1. Homescholer tak punya ijazah dan tak bisa kuliah
Baca juga:  Ingin Anak Cepat Membaca, Bermainlah Huruf Sedini Mungkin

Ini anggapan berikutnya yang salah di masyarakat. Meski menempuh pendidikan homeschooling, tetap bisa mendapatkan ijazah lho. Homeschooler bisa mendapatkannya melalui ujian persamaan. Yakni ujian kelulusan untuk Paket A, B atau C yang diselenggarakan oleh pemerintah. Disesuaikan dengan jenjangnya.

Ijazah persamaan juga telah diakui di perguruan tinggi. Jadi, jika mau masuk kuliah juga tak masalah.

Dalam hal ini, Indonesia memang belum memiliki aturan tersendiri. Berbeda dengan beberapa negara maju, seperti Amerika yang katanya memiliki siswa homeschooling terbanyak.

Di beberapa perguruan tinggi di luar negeri, tes masuk mahasiswa bagi homeschooler bukan lagi dengan ijazah tapi project yang telah dia jalani. Hal itu akan dinilai oleh perguruan tinggi. Jika sesuai dan memenuhi standar jurusan yang akan diambil, maka bisa langsung masuk.

Enak ya!

  1. Orang tua tak bisa mengajari anak

Ternyata banyak orang tua yang pesimis saat diminta mengajar anak. Ada juga model orang tua yang bawaannya emosian saat mengajar. Apalagi saat anak tidak segera paham apa yang disampaikan.

Yang mesti dipahami lebih dulu oleh orang tua adalah, tidak setiap hal mesti diajari oleh orang tua. Bahasa ekstremnya, jika memang itu tak diperlukan oleh anak, maka anak tak perlu diajari itu. Misalnya, anak sudah fokus ke satu bidang soal masak-memasak karena ingin jadi chef. Maka, si anak sebenarnya tak membutuhkan belajar fisika atau kimia. Matematika dasar saja sudah cukup.

Memang, orang tua sebisa mungkin menemani anak saat belajar (saat anak masih kecil). Tapi setelah itu tak setiap mata pelajaran harus diajari oleh orang tua. Biarkan mereka belajar mandiri, jika tidak bisa maka diminta bertanya, jika orang tua tak bisa menjawab maka carikan komunitas sebaya yang sedang belajar subjek pelajaran sama. Atau bisa juga, searching di youtube. Sekarang banyak soal-soal dan tinggal klik saja sudah ada solusinya.

Justru peran orang tua adalah mendidik mental anak agar mandiri, terpacu dengan dirinya sendiri serta kreatif.

Banyak lhoh, orang tua zaman dulu yang tak mudeng soal mata pelajaran. Mereka harus pergi ke ladang, sawah, ngurusi ternak, ke pasar tapi anak-anaknya menjadi dokter, pengusaha maupun pejabat negara.

Jadi jangan pesimis ya!

  1. Kedua orang tua bekerja, so?

Masih tetap bisa menjalankan pendidikan homeschooling sebenarnya. Dengan catatan, tak boleh ngeluh. Pendidikan pada anak bisa dijalankan pada sore atau malam hari saat orang tua pulang kerja. Tapi ini agak susah. Saat sore atau malam, konsentrasi anak mungkin sudah tidak se-fresh saat pagi hari. Saat sore atau malam, kondisi fisik orangtua juga lelah setelah bekerja. Jadi fokus menemani anak jadi tantangan tersendiri.

Tapi sebelum melakukan itu, sebenarnya harus dihitung ulang dulu. Jika faktor ekonomi menjadi alasan utama bekerjanya kedua orang tua dan di sisi lain ingin menjalankan homeschooling maka alangkah baiknya dikalkulasi dulu.

Saat dua orang tua bekerja, memang akan mendapatkan income lebih besar. Tapi ingat, outcome nya pun juga besar. Biaya untuk pembantu di rumah, karena jarang dirumah maka jarang masak dan lebih sering jajan, cost operasional saat kerja, kebutuhan anggaran untuk membeli baju dan sepatu kerja, hingga biaya tak terduga seperti saat ketemuan klien di cafe. Jika salah satu orangtua tidak bekerja, maka biaya itu bisa dihilangkan.

Maka, dari kalkulasi ulang itu bisa diputuskan. Sebenarnya kerja itu keharusan atau kemauan? Jika hanya sebatas kemauan, maka bisa saja di skip. Sehingga salah satu orang tua saja yang bekerja. Satu lainnya membantu pendidikan anak secara homeschooling.

  1. Anak homeschooling tak bisa sukses

Ups, jangan salah ya.

Kalian pernah dengar nama-nama ini? Albert Einstein penerima nobel tahun 1921, Alexander Graham Bell yang merupakan ilmuwan, pencipta, dan pendiri perusahaan telepon bel. Thomas Alva Edison si penemu lampu pijar, Galileo Galilei ahli fisika dan astronomi. Serta nama-nama lain seperti Agatha Christie, Blaise Pascal,Mark Twain,Charlie Chaplin,Charles Dickens. Kalau dari Indonesia ada nama tokoh H Agus Salim.

Mereka semua sama-sama tokoh terkenal dan sama-sama pula menempuh homeschooling.

Oh ya, empat presiden Amerika Serikat yang patung mereka terpampang di Gunung Rushmore (George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt) juga homeschooler.

Bagaimana, hal-hal tadi cuma mitos kan?

Tags: headlinehomeschoolerhomeschoolingmitos homeschooling
Previous Post

Catat, Anak Tenaga Kesehatan Dapat Jalur Khusus di PPDB

Next Post

Diah Warih dan Penyadaran Bahaya Demam Berdarah

Hanung Soekendro

Hanung Soekendro

Related Posts

Pendaftaran latihan kerja BLK 2021. (DeParenting/instagram @blkkotapekalongan)
Ruang Keluarga

GRATIS! Dibuka Pendaftaran Latihan Kerja BLK 2021, Cek Syarat dan Jenis Pelatihannya

21 Januari 2021
Lima Pimpinan DPRD Jateng. (DeParenting/Instagram @ferrywawancahyono, @bkrebo, @heripudyatmoko, @sukirman_kirana, @quatlyalkatiri)
News

DPRD Jateng di Medsos, Quatly dan Sukirman Kalahkan Bambang Krebo, Heri Londo dan Ferry

16 Januari 2021
Film animasi anak Nussa dan Rara. (DeParenting/Tangkapan layar Youtube @Visinema Pictures)
Ruang Keluarga

Film Animasi Anak Nussa Rara Tayang di Bioskop, Pas Untuk Mendidik Bocil di Rumah

12 Januari 2021
Objek wisata Rowo Jombor di Kabupaten Klaten. (DeParenting/Jatengprov.go.id)
Lifestyle

WOW…! Ini Objek Wisata Rowo Jombor yang Disulap Jadi Taman Kuliner Terbesar

10 Januari 2021
Pengumuman PKM di Jateng. (DeParenting/tangkapan layar instagram @kominfo.jateng)
Ruang Keluarga

Berikut Daftar 20 Kabupaten dan Kota di Jateng Terapkan PKM Jawa-Bali 11-25 Januari 2021

8 Januari 2021
Gempi, anak Gisel dan Gading. (DeParenting/instagram @baby.gempiiita)
Ruang Keluarga

Lucunya Video Gempi, Anak Gisel dan Gading, Baca Mantra Sebelum di Swab

8 Januari 2021
Next Post
Diah Warih Anjari.

Diah Warih dan Penyadaran Bahaya Demam Berdarah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top Stories

Ilustrasi Polda Jateng mulai terapkan tilang elektronik. (DeParenting/ntmcpolri.info)

Polda Jateng Mulai Terapkan Tilang Elektronik, Ganjar Pranowo Sebut Kota Semarang, Solo dan Banyumas

22 Januari 2021
CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi bersama Kadisporapar Jateng Sinoeng N rachmadi memperlihatkan dokumen. (DeParenting/Tangkapan layar Instagram @tobyhahahihi)

PSIS Semarang #2021balijatidiri, Panser Biru: Perjuangan Tercapai, Alhamdulillah!

22 Januari 2021
RSI Purwodadi. (DeParenting/rsipurwodadi.com)

Ini Rincian Jadwal dan Biaya Swab PCR Serta Rapid Antigen RSI Purwodadi

22 Januari 2021

News & More

Kategori

  • Review Sekolah
  • Artikel
  • Tips
  • Lifestyle
  • Homeschooling
  • Hubungi Kami

About Us

Deparenting.com hadir dan ingin berbagi mengenai tips mendidik anak, mengasuh, membesarkan dan membentuk karakter anak. Lantaran sikap anak-anak yang seringkali bandel dan butuh cara menasehati agar nurut. Tak hanya itu, parenting bersifat menyeluruh hingga membentuk pribadi yang arif dan bijak dalam menyikapi persoalan.

Connect on Social

© 2020 DeParenting

No Result
View All Result
  • News
  • Artikel
  • Tips
  • Gaya Hidup
  • Homeschooling
  • Ruang Keluarga

© 2020 DeParenting - Berbagi cerita parenting dan home schooling.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist