DeParenting.com – Semua orang memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Kenyataanya, meski durasi sama namun hasilnya berbeda. Si A menjadi bisa menjadi doktor atau profesor yang ahli di dalam disiplin ilmu. Si B menjadi ahli dalam bidang tertentu, sementara Si C sibuk mainan HP seharian hanya sekadar update status.
Apa yang membedakannya? Jelas beda. Produktivitasnya. Satunya menghasilkan karya dan lainnya menghasilkan angan-angan. Kapasitas mereka juga berbeda.
Hal ini jelas akan menjadi masalah jika mereka yang bermalas-malas ada di usia muda yang mestinya menjadi usia produktif.
Padahal, menurut Ketua Umum Pemuda MTA Pusat, Dr Eng Wahyul Amien Syafei, seorang pemuda mesti memberikan kontribusi pada agama dan bangsa. Satu-satunya cara adalah terus belajar untuk meningkatkan kapasitas diri.
“Kadang pemuda itu habis waktunya dengan HP, update status. Malas. Padahal sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Mestinya selalu menuntut ilmu, dipraktekkan dan meningkatkan ketrampilan. Itu yang menjadikan kapasitas kita semakin besar,” kata Wahyul dalam Ngobrol Asyik Pemuda Islami dengan tema “Kotribusi Pemuda pada Agama dan Bangsa” yang disiarkan melalui kanal Youtube, Selasa (5/5).
Dalam uraian awalnya, Wahyul Amien menukilkan ayat 7 dalam Surat Ibrahim yang menyebutkan ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’
Dalam konteks ini, ia memaknai jika pemuda ingin bersyukur maka mesti mempraktekkan atau mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya. Maka Allah akan memberikan nikmat berupa ilmu yang baru dan lebih besar. Baik itu ilmu agama maupun dunia.
Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.
Kapasitas seseorang, dalam urusan dunia, mislanya bisa dilihat dari orang yang hanya bekerja beberapa jam saja namun besar gajinya. Seperti profesor tadi.
Dalam konteks agama, pemuda mesti beramal sesuai ibadah yang dicontohkan oleh Rosulullah. “Suatu ketika Rosul bertemu dengan para pemuda yang mengaku cinta pada Allah. Cara merealisasikan cinta itu sebagaimana Surat Ali Imron ayat 31. ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rosul), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’,” tandasnya.
Kesimpulannya, apa yang mesti dilakukan pemuda untuk agama dan bangsa? Belajar tanpa henti untuk meningkatkan kapasitas diri. Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.
Dengan demikian pemuda bisa mengisi kemerdekaan ini dengan disiplin ilmu yang dimiliki. Ia juga bisa kerja cerdas dan ikhlas. Peduli dengan lingkungan dan mengajak pada kebaikan.
“Seorang pemuda juga mesti rendah hati yang tercermin dalam kesantunan tutur kata,” terangnya.