DeParenting.com – Sekolah memiliki tanggungjawab besar pada anak didiknya. Maka, sebuah pesan ditujukan pada guru-guru pendidik, jangan pernah menyamakan satu anak dengan anak lainnya.
Sebagai institusi pendidikan, sekolah bertanggung jawab besar terhadap penguatan karakter anak didik. Sementara, orang tua dan keluarga adalah pilar dasar dalam penanaman pendidikan karakter.
Guru tidak boleh menyamaratakan kemampuan semua anak didiknya, baik dari sisi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Inilah makna dari program merdeka belajar yang diterapkan oleh pemerintah.
“Seluruh sekolah di Kota Pekalongan sudah kami tetapkan sebagai sekolah ramah anak, ini upaya kami dalam rangka penguatan pendidikan karakter. Anak tidak boleh dibunuh keberaniannya, keunikannya, dan kreativitasnya oleh situasi apapun,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Pekalongan, Soeroso.
Peran guru, lanjut Soeroso, tidak dapat tergantikan, meskipun saat ini teknologi telah mempermudah metode pembelajaran.
“Guru dan pendidik tugasnya pada wilayah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pada pendidikan, penanaman sikap dan karakter anak tidak bisa digantikan oleh mesin, secanggih apapun teknologi tersebut,” imbuh Soeroso.
Ia berpesan, agar para guru dan tenaga pendidik tetap berbedikasi, berjuang, dan ikhlas untuk terus mengembangkan dan memberikan yang terbaik untuk pendidikan kota Pekalongan, termasuk belajar menggunakan teknologi untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Ketua PGRI Jateng, Dr Muhdi, mengungkapkan, di tengah pandemi Covid-19 para guru harus siap dan terus mengembangkan kompetensinya, tidak terkecuali dengan guru honorer yang menjadi garda terdepan dalam memberikan pembelajaran. Sinergi antara orang tua dan guru juga sangat penting dalam keberhasilan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Muhdi juga mengapresiasi atas inovasi penyelenggaraan PJJ melalui Batik TV dan Radio Kota Batik (RKB) RKB yang dilakukan oleh Pemkot Pekalongan bersama dengan PGRI.
“Kondisi saat ini memaksa kita semua untuk berubah, termasuk para pendidik. Dari awal guru yang tidak siap kemudian berubah menjadi siap, begitu pula orang tua. Kami optimis, untuk terus melakukan tugas sebagai guru,” beber Muhdi.